Kreativitas Anak Muda Pangkalpinang: Limbah Kayu Mahoni Jadi Karya Seni

1 min read

Kreativitas Anak Muda Pangkalpinang: Limbah Kayu Mahoni Jadi Karya Seni

Biasanya, limbah kayu tidak memiliki nilai dan hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau dibuang begitu saja. Namun, di Kota Pangkalpinang, sekelompok anak muda memiliki kemampuan untuk mengubah kayu bekas tersebut menjadi karya seni dan kerajinan bernilai tinggi.

Anak-anak muda ini merupakan bagian dari Komunitas BangKayu, yang aktif mengumpulkan limbah kayu dari pemotongan pohon mahoni oleh Dinas Lingkungan Hidup Pangkalpinang di berbagai lokasi di kota.

Kayu-kayu bekas tersebut kemudian diolah dengan kreativitas menjadi berbagai macam kerajinan seperti asbak, pen holder, jam, toples, mangkok, piring, sendok, dan panel-panel. Semua produk ini diberi label dengan nama Garis BangKayu Babel.


Sejumlah pengrajin BangKayu bekerja di bengkel yang terletak di Kelurahan Batin Tikal, Kecamatan Taman Sari, Pangkalpinang. Menurut Siswoyo, bisnis pembuatan kerajinan tangan ini telah beroperasi sejak tahun 2019.

Siswoyo mengatakan bahwa ide untuk mengolah limbah kayu ini awalnya muncul dari kelompok anak-anak Komunitas Garis. Mereka melihat banyaknya limbah kayu yang hanya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah, dan hal ini mendorong mereka untuk mencari cara untuk memanfaatkan limbah kayu tersebut.

Akhirnya, mereka mengembangkan ide untuk membuat berbagai macam kerajinan atau craft dari limbah kayu tersebut. Hasil karya mereka ternyata memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga mereka mulai memasarkannya.

Produk kerajinan ini dijual secara online dan mereka juga menitipkan hasil karya rekan-rekan mereka di beberapa galeri UMKM Pangkalpinang.

Meskipun usaha kerajinan ini tumbuh dengan pesat, namun saat ini mereka menghadapi kendala baru yaitu kelangkaan bahan baku limbah kayu dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pangkalpinang.

Salah satu produk andalan dari mereka adalah asbak. Asbak ini memiliki keunikan dibandingkan dengan produk serupa di tempat lain, karena kulit kayu asli masih dibiarkan menempel, yang secara estetis meningkatkan nilai dari asbak tersebut.

Harganya tergolong terjangkau. Sebagai contoh, asbak dijual dengan harga Rp 20-40 ribu, tergantung pada ukuran dan motif yang diaplikasikan. Sementara itu, jam dinding kecil dihargai sekitar Rp 200 ribu, jam dinding besar dijual seharga Rp 350 ribu, dan pen holder dijual seharga Rp 40 ribu.

Sisowoyo mengakatan bahwa pendapatan penjualannya berkisar antara Rp 3-4 juta per bulan. Namun, karena masih memiliki keterbatasan, produk kerajinan ini belum sepenuhnya dikenal, terutama di luar wilayah Bangka Belitung.

sumber : https://www.detik.com/sumbagsel/bisnis/d-6855039/bangkayu-sulap-limbah-kayu-mahoni-jadi-kerajinan-bernilai-tinggi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *