Sofa Cantik Dibuat dari Botol Bekas, Menghasilkan Keuntungan Jutaan Rupiah

1 min read

Motivasi Jonard untuk membuat sofa dari botol bekas dimulai pada tahun 2016 setelah ia melihat adanya penyebaran sampah plastik di sekitar lingkungan. Kondisi tersebut membuat Jonard merasa kesal dan mulai tergerak untuk mengolahnya.

Awalnya, Jonard hanya memproduksi 10 unit sofa sebagai percobaan. Namun, pesanan dari masyarakat sekitar semakin meningkat. Oleh karena itu, Jonard terus meningkatkan produksinya untuk dipasarkan secara luas.

Pada waktu itu, terdapat banyak pesanan, sehingga Jonard meningkatkan produksi dalam jumlah yang besar agar dapat memenuhi permintaan dari para pembeli. Pada awalnya, produk ini hanya dijual kepada orang-orang yang dia kenal dan beberapa pejabat.

Mayoritas botol bekas yang digunakan sebagai bahan utama untuk membuat sofa dikumpulkan langsung oleh Jonard dari tempat pembuangan sampah (TPS). Namun, ketika produksinya meningkat, Jonard harus membeli botol bekas dari pemulung dengan harga jual Rp 250 per botol. Selain itu, biaya pembersihan sebesar Rp 100 per botol juga perlu ditanggung.

Jonard menjelaskan bahwa pada awalnya, botol bekas dikumpulkannya dari tempat pembuangan sampah (TPS) dan beberapa juga diperoleh dari teman-teman sebagai percobaan. Karena setiap kali melakukan produksi, ia membutuhkan sekitar 1000-1.500 botol bekas. Oleh karena itu, akhirnya ia menjalin kerja sama dengan pemulung untuk mengumpulkan botol bekas.

Jonard membutuhkan satu hari penuh atau bahkan lebih untuk merakit satu unit sofa. Hal ini dikarenakan pengerjaannya membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi agar kualitasnya baik dan tahan lama. Bahkan, dalam proses pembuatan satu sofa, diperlukan waktu antara satu hingga tiga hari sebelum sofa tersebut siap untuk dipasarkan.

Sebelum pandemi COVID-19, Jonard dapat memproduksi sekitar 30 hingga 40 unit sofa dalam satu kali produksi, sehingga pendapatannya mencapai sekitar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per bulan.

Ia menambahkan bahwa setiap hari selalu ada pesanan yang harus dipenuhi, dengan target pengantaran setiap tiga hari, dan pendapatannya terus berjalan lancar. Namun, setelah terjadi pandemi, permintaan mengalami penurunan karena sebagian besar masyarakat mengalami pemutusan hubungan kerja dan pameran UMKM dibatalkan. Hal ini menyebabkan terhambatnya pasarannya.

Jonard mengakui bahwa saat ini ia hanya dapat menjual lima hingga 10 unit sofa karena daya beli masyarakat belum pulih akibat ketidakstabilan ekonomi. Namun, Jonard tetap bersyukur karena pendapatannya tetap stabil

Ia berpesan kepada para pemuda dan masyarakat di NTT untuk memanfaatkan potensi sampah plastik menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, ini juga merupakan bagian dari upaya pengurangan sampah plastik.

Jonard menegaskan bahwa dirinya terbuka untuk siapa pun yang tertarik untuk menerima pelatihan dalam pengelolaan sampah plastik, baik melalui komunitas maupun pemerintah. Ia siap untuk berbagi pengalaman, karena ia peduli terhadap masalah sampah plastik yang dapat diubah menjadi produk yang memiliki nilai jual.

Sumber : https://www.detik.com/bali/nusra/d-6719968/botol-bekas-disulap-jadi-sofa-cantik-cuan-jutaan-rupiah

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *